CIMAHI ll wartadesa – Kritik pedas menghujam Pemerintah Kota Cimahi terkait lambannya penanganan krisis drainase dan sungai. Anggota Komisi III DPRD Kota Cimahi, Enang Sahri, mengecam keras sikap abai pemerintah yang membiarkan warga RW 28 Kelurahan Cipageran terus-menerus terendam banjir, padahal anggaran tersedia di depan mata.
Enang mempertanyakan urgensi penggunaan anggaran Biaya Tak Terduga (BTT) dan dana kebencanaan yang hingga kini seolah sengaja "diendapkan" sementara ancaman bencana di depan mata.
Politisi Partai NasDem ini menepis alasan klasik soal kendala batas wilayah antara Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) sebagai penghambat perbaikan sungai. Baginya, keselamatan nyawa dan harta benda warga Cimahi jauh lebih berharga daripada perdebatan birokrasi perbatasan.
"Warga yang terkena dampak langsung adalah warga kita (Cimahi). Tidak perlu saling lempar tanggung jawab dengan KBB. Nyatakan dulu sikap tegas, segera benahi sungai ini. Apakah harus menunggu kejadian yang lebih buruk baru pemerintah mau bertindak?" cetus Enang saat dikonfirmasi, Sabtu (18/12/2025).
Enang mendesak Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Cimahi untuk segera turun ke lapangan dan melakukan eksekusi teknis. Ia menilai pembangunan kolam retensi yang terus-menerus terkendala pembebasan lahan hanya menjadi janji manis jangka panjang yang tidak menjawab kebutuhan darurat warga.
Ia menuntut tiga langkah konkret yang harus dilakukan tanpa tapi:
* Normalisasi Total: Pembersihan dan perbaikan alur sungai yang saat ini kondisinya sudah rusak parah.
* Pembangunan Sodetan: Pembuatan jalur air baru di titik-titik krusial untuk memecah volume air saat hujan deras.
* Penanganan Terpadu: Perbaikan fisik yang menyentuh hulu hingga hilir sungai agar luapan air tidak berpindah ke titik lain.
"Ada BTT, ada anggaran bencana. Kenapa tidak digunakan? Kondisi ini sudah masuk kategori darurat!" tegas Enang. Ia mengingatkan bahwa anggaran negara hadir untuk merespons penderitaan rakyat, bukan untuk disimpan di atas kertas saat pemukiman warga sudah berubah menjadi lautan air setiap kali hujan deras mengguyur. (Dendi)
